TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN KONSTRUKTIVISME DAN LANDASAN FILOSOFINYA



TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN KONSTRUKTIVISME DAN LANDASAN FILOSOFINYA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
yang diampu olehProf. Dr. H. Karwono, M.Pd dan Ibu Ira Vahlia, M.Pd


Disusun Oleh : Kelompok 3
1.    Wahyu Tri Sutrisno (15310021)
2.    Isnaini Hidayanti     (15310026)
3.    Ria Oftasari             (15310028)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudulTeori Belajar Menurut Aliran Konstruktivisme dan Landasan Filosofinya. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok yang diberikan dalam mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang diampu oleh Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd dan Ibu Ira Vahlia, M.Pd di Universitas Muhammadiyah Metro.
Dalam Penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,khususnya kepada Dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.



Metro, 04Oktober 2016


Penyusun









DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL.........................................................................................        i
KATA PENGANTAR..........................................................................................        ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................        iii

BAB I   PENDAHULUAN...................................................................................        1
1.1    Latar Belakang Masalah.....................................................................        1
1.2    Rumusan Masalah...............................................................................        1
1.3    Tujuan                                                                                                         2

BAB II  PEMBAHASAN......................................................................................        3
2.1    Pengertian Konstruktivisme...............................................................        3
2.2    Pengertian Belajar Menurut Teori Belajar Konstruktivisme...............        3
2.3    Tokoh-Tokoh dalam Teori Belajar yang Berpijak pada Konstruktivisme         5
2.4    Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme...............        8

BAB III PENUTUP...............................................................................................        9
3.1    Kesimpulan.........................................................................................        9
3.2    Saran ..................................................................................................        10

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Seiring berjalannya waktu dan semakin pesatnya tingkat intelektualitas serta kualitas kehidupan, maka pendidikan pun menjadi lebih kompleks.Oleh karena itu, tentu saja hal ini membutuhkan sebuah desain pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kondisinya.Sehingga berbagai teori, metode dan desain pembelajaran serta pengajaran pun dibuat dan diciptakan untuk mengapresiasikan semakin beragamnya tingkat kebutuhan dan kerumitan permasalahan pendidikan.
Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnnya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa.
Teori konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan konstruktivisme ?
2.      Apa pengertian belajar menurut teori belajar konstruktivisme ?
3.      Siapa saja tokoh-tokoh dalam teori belajar yang berpijak pada konstruktivisme?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar konstruktivisme ?


1.3    Tujuan
1.      Untuk mendeskripsikan tentang pengertian konstruktivisme.
2.      Untuk mendeskripsikan tentang pengertian belajar menurut teori belajar konstruktivisme.
3.      Untuk mendeskripsikan tokoh-tokoh dalam teori belajar yang berpijak pada konstruktivisme.
4.      Untuk mendeskripsikan tentang kelebihan dan kekurangan teori belajar konstruktivisme.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konstruktivisme
Karwono (2012 : 90) menyatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) si-belajar sendiri. Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari kontruksi kognitif melalui kegiatan.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja,melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut.Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator,  yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik, mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.

2.2 Pengertian Belajar Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Triantina (2012) menyatakan bahwa belajar menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan suatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawasiswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya.
Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru.


2.3  Tokoh-Tokoh dalam Teori Belajar yang Berpijak pada Konstruktivisme
1) Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya.
Proses pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:

a)    Skemata
Sekumpulan konsep yang digunakan  ketika berinteraksi dengan lingkungan disebut dengan skemata. Sejak kecil anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema (schema).Skema terbentuk karena pengalaman.Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki empat dan binatang berkaki dua.Semakin dewasa anak, maka semakin sempurnalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi.

b)   Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru dengan pengertian orang itu berkembang.

c)    Akomodasi
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.

d)   Keseimbangan
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.

2)    Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian  perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem  komunikasi budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini  untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri.
Triantina (2012) menyatakan bahwa ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan (scaffolding). Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri.

a)    Pengelolaan pembelajaran
Interaksi sosial individu dengan lingkungannya sangat mempengaruhi perkembangan belajar seseorang, sehingga perkemkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky, peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat yang mempunyai kemampuan lebih. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik.

b)   Pemberian bimbingan
Menurut Vygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka, yaitu tugas-tugas yang terletak di atas peringkat perkembangannya. Menurut Vygotsky, pada saat peserta didik melaksanakan aktivitas di dalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang lain.
2.4  Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme
Burhanudin (2014) menyatakan bahwa kelebihan dan kekurangan teori belajar konstruktivisme adalah :
a)    Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme
1.    Teori ini dalam proses berfikir membina pengetahuan baru, membantu siswa untuk mencari ide, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan.
2.    Teori ini dalam proses pemahaman murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru.
3.    Teori ini dalam proses pengingatan siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
4.    Teori ini dalam kemahiran sosial siswa dapat dengan mudah berinteraksi dengan teman dan guru dalam mebina pengetahuan baru.
5.    Oleh karena siswa terlibat secara terus-menerus makan mereka akan paham, ingat, yakin, dan berinteraksi maka akan timbul semangat dalam belajar dan membina pengetahuan baru.

b)   Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme
1.    Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-masing, oleh karena itu pendapat siswa berbeda dengan pendapat para ahli.
2.    Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama. Apalagi untuk siswa yang malas.
3.    Kondisi disetiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan yang baru dan keaktifan siswa.





BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) si-belajar sendiri.Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Belajar menurut  konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan.
Terdapat tokoh-tokoh dalam teori belajar yang berpijak pada pandangan konstruktivisme. Jean Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Tokoh selanjutnya yaitu teori Vygotsky .dalam teori ini ada dua implikasi utama dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat / proksimal masing-masing.
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pada teori belajar konstruktivisme. Kelebihan teori belajar konstruktivisme adalah : pada proses berfikir, pemahaman, pengingatan, kemahiran sosial, dan akan menimbulkan semangat belajar dan pengetahuan baru bagi peserta didik. Sedangkan kekurangan teori belajar konstruktivisme adalah : pendapat siswa bertentangan dengan para ahli, membutuhkan waktu yang lama dalam membangun pengetahuan, kondisi sekolah juga mepengaruhi dalam pembangunan pengetahuan.
3.2    Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini, kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya kami juga  mengharapkan kritik dan saran guna peningkatan kualitas dalam penyusunan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Afid. 2014. Kekurangan dan Kelebihan Teori Kognitif dan Konstruktivistik [Online] diakses pada 01 Oktober 2016.
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/06/kekurangan-dan-kelebihan-teori-kognitif-dan-konstruktivistik/

Karwono, dan Heni Mularsih. 2012. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Triantina, Selvia Arvia. 2012. Teori Belajar Konstruktivisme [Online] diakses pada 03 Oktober 2016.
http://riantinas.blogspot.co.id/2012/06/teori-belajar-konstruktivisme.html



Comments